Halo, selamat pagi, siang, sore, dan malam para pembelajar bahasa Indonesia yang keren-keren.
Kali pertemuan ketiga ini kita akan mempelajari materi tentang menyusun Teks Laporan Hasil Observasi
Masih ingatkah pembelajaran pada pertemuan kedua minggu lalu?
1. Apa definisi dari Teks LHO?
2. Apa saja struktur dari Teks LHO?
3. Apa saja kaidah kebahasaan dalam Teks LHO?
4. Apa tujuan dari Teks LHO?
5. Apa yang harus diperhatikan dalam membuat Teks LHO?
Kelas X MM 2
Kali pertemuan ketiga ini kita akan mempelajari materi tentang menyusun Teks Laporan Hasil Observasi
Masih ingatkah pembelajaran pada pertemuan kedua minggu lalu?
1. Apa definisi dari Teks LHO?
2. Apa saja struktur dari Teks LHO?
3. Apa saja kaidah kebahasaan dalam Teks LHO?
4. Apa tujuan dari Teks LHO?
5. Apa yang harus diperhatikan dalam membuat Teks LHO?
Pengertian Teks Laporan Hasil Observasi
Pengetian teks laporan hasil observasi adalah sebagai berikut:
- Teks Laporan hasil observasi adalah teks yang berisi penjabaran umum mengenai sesuatu yang disusun dan didasarkan pada hasil pengamatan dan fakta yang ada melalui kalimat deskripsi.
- Teks Laporan hasil observasi adalah Teks yang berfungsi menjelaskan suatu objek atau fenomena yang didasari oleh hasil pengamatan. Dalam penyusunannya, teks ini memaparkan fakta-fakta dengan jelas dan terperinci
- Teks Laporan hasil observasi adalah berita atau informasi yang dibuat berdasarkan pengamatan. Kosasih (2014:43) menyatakan bahwa teks laporan hasil observasi mengemukakan fakta-fakta yang diperoleh dari hasil pengamatan, bukan hasil imajinasi. Hal ini menegaskan bahwa yang diungkapkan dalam laporan hasil observasi adalah sesuatu yang terjadi.
Struktur isi teks laporan hasil observasi
Struktur adalah bagian-bagian yang membangun sebuah teks menjadi sebuah teks laporan hasil observasi, Secara umum, teks laporan hasil observasi memiliki 2 struktur, diantaranya yaitu.
- Pernyataan umum (klasifikasi), merupakan semacam pembuka atau pengantar tentang hal yang dilaporkan. Pada tahap pembukaan disampaikan bahwa benda-benda di dunia dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria persamaan dan perbedaan.
- Anggota/aspek yang dilaporkan, merupakan bahasan atau rincian tentang objek yang diamati.
Adapun struktur lainnya dari teks laporan ini adalah sebagai berikut.
- Definisi Umum, adalah pembukaan yang berisi pengertian tentang sesuatu yang dibahas didam teks.
- Definisi Bagian, adalah bagian yang berisi ide pokok dari setiap paragraf (penjelasan rinci).
- Definisi Manfaat, bagian yang menjelaskan manfaat dari sesuatu yang dilaporkan
- Penutup, adalah bagian rincian akhir dari teks.
Kaidah Kebahasaan teks laporan hasil observasi
Ciri-ciri dari teks hasil observasi adalah sebagai berikut:
- Mengandung fakta.
- Bersifat objektif.
- Ditulis sempurna dan lengkap.
- Tidak memasukkan unsur-unsur yang menyimpang, mengandung prasangka atau pemihakan
- Disajikan secara menarik, tatas bahasa jelas, isinya berbobot, dan susunan logis.
- Teks laporan sering dimulai dengan kalimat definisi tentang penggolongan atau klasifikasi
- Dalam laporan observasi sering digunakan kelompok nomina (kata benda) dengan penjenis dan kelompok nomina dengan pendeskripsi.
- Kelompok nomina dengan penjenis tidak bisa disisipi oleh kata apa pun. Kedua kata itu harus saling berdekatan.
- Kelompok nomina dengan pendeskripsi dapat disisipi, misalnya dengan kata penyangat, seperti sangat atau terlalu dan kata pewatas seperti yang.
Tujuan Teks Laporan Hasil Observasi
Teks laporan hasil observasi, setidaknya memiliki 5 tujuan. Tujuan dari teks tersebut diantaranya sebagai berikut.
- Mengatasi suatu masalah,
- Mengambil suatu keputusan yang lebih efektif.
- Mengetahui kemajuan dan perkembangan suatu masalah.
- Mengadakan pengawasan dan perbaikan.
- Menemukan teknik–teknik baru.
Tujuan Teks Laporan Hasil Observasi
- Mengatasi suatu masalah,
- Mengambil suatu keputusan yang lebih efektif.
- Mengetahui kemajuan dan perkembangan suatu masalah.
- Mengadakan pengawasan dan perbaikan.
- Menemukan teknik–teknik baru.
Langkah-langkah Membuat Teks Laporan Hasil Observasi
- Tentukan tema kegiatan observasi
- Tentukan tujuan observasi
- Melakukan proses observasi.
- Menyusun kriteria aspek yang harus dilaporkan. Setelah melakukan observasi dan mendapatkan data-datanya, kita harus menyusun kriteria aspek yang akan dibahas, dideskripsikan dan dilaporkan dalam teks laporan hasil observasi.
- Membatasi aspek yang harus dilaporkan. Kita harus membatasi aspek apa saja yang harus dilaporkan, agar tidak keluar dari tujuan yang sudah dibuat.
- Mulai mendeskripsikan unsur-unsur yang dijelaskan sesuai aspeknya. Dimulai dengan mendefinisikan atau mengartikan aspek yang dipilih berupa pernyataan umum. Jangan lupa untuk menggunakan kaidah kebahasaan kalimat definisi.
- Melengkapi teks laporan hasil observasi dengan data dan gambar. Setelah dibuat definisi aspek yang dipilih, tambahkan data-data yang didapatkan dari hasil observasi bisa berupa gambar atau data yang berupa angka yang menunjukkan suatu ukuran. Jangan lupa gunakan kaidah kalimat simpleks dan kompleks, konjungsi, sinonim, dan antonim.
- Membuat simpulan hasil observasi. Setelah dilengkapi dengan data dan gambar, kita bisa membuat kesimpulan dari hasil observasi yang telah kita lakukan.
CONTOH MENYUSUN TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI
No.
|
SISTEMATIKA
|
ISI
|
1.
|
Judul
|
Laporan Hasil Observasi Hewan Singa
|
2.
|
Pernyataan umum/Klasifikasi
|
Singa
yang memiliki jantung dan paru-paru yang cukup kecil merupakan hewan yang
tergolong sebagai hewan yang bukanlah pelari cepat. Kecepatan maksimum seekor
singa berlari adalah 60 kilometer per jam. Singa juga diketahui tidak
memiliki stamina untuk mempertahankan kecepatan ini lebih dari 100 – 200m.
|
3.
|
Aspek bagian
|
|
A.
|
Itulah
sebabnya mengapa singa mengandalkan penguntitan mangsanya dan jarang menerkam
mangsa sampai mereka berada dalam jarak 30m. Terkecuali jika mangsa sedang
menghadap ke depan dan tidak dapat melihat pemangsanya.
|
|
B.
|
Singa
menguntit mangsanya, meski perilaku penyergapan telah mulai direncanakan. Hal
ini terjadi terutama pada siang hari saat mengintai mangsa dirasakan lebih
sulit. Dari 1.300 perburuan yang diamati di Serengeti, 48% hanya melibatkan
satu singa, 20% melibatkan dua singa, dan sisanya melibatkan singa dalam
kelompok mulai dari tiga ekor hingga delapan ekor.
|
|
C.
|
Singa
betina merupakan aktor yang melakukan sebagian besar perburuan, dan Singa
jantan yang ikut serta berburu biasanya tetap tinggal bersembunyi sampai
pembunuhan dilakukan. Singa yang berburu berpasangan dan kelompok memiliki
tingkat keberhasilan sampai 30%. Sedangkan Singa yang berburu sendiri di
siang hari memiliki tingkat keberhasilan 17 – 19%, namun Singa yang berburu
dalam kelompok pada malam hari dianggap sebagai kucing yang ramah.
|
|
D.
|
Sebagian
besar perburuan yang sukses di malam hari adalah perburuan yang melawan
binatang buruan tunggal. Salah satu alasan tingkat keberhasilan perburuan
singa yang relatif rendah adalah karena singa tidak mempertimbangkan arah
angin saat berburu; Mereka sering mendekati mangsa dari arah angin yang
kencang, sehingga menyadarkan mangsa akan keberadaannya dan pergi kabur.
|
|
E.
|
Kedua,
singa umumnya jarang mengubah jalur serangan malah memilih meninggalkan
jalur. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengamatan dimana seekor singa yang
meleset dari sasarannya pada putaran pertama, biasanya akan meninggalkan
pengejaran.
|
|
F.
|
Perburuan
impala dan mangsa berukuran sedang secara signifikan lebih mungkin berhasil
bila singa tidak menguntit mangsanya melainkan mengejar mereka segera setelah
deteksi. Kebalikannya berlaku untuk spesies mangsa berukuran kecil. Namun,
singa lebih cenderung menguntit impala dan spesies berukuran sedang dan
menguntit mangsa berukuran kecil.
|
|
G.
|
Studi
tentang taktik berburu kelompok oleh singa menjelaskan mengenai rencana dasar
yang serupa dalam proses perburuan. Ketika kelompok singa tersebut melihat
mangsa, sebuah perburuan sering diprakarsai oleh singa tunggal yang
melihatnya, yang kemudian oleh singa lainnya direspons dengan melihat ke arah
yang sama (satu-satunya bentuk “komunikasi” singa) yang jelas dan telah
dibuktikan kesuksesannya dalam proses perburuan. Singa kemudian mengepung dan
meluncurkan serangan pada mangsa tersebut, hingga mendorong mangsa ke arah
yang lain yang menyergap dari posisi penutup mereka.
|
|
H.
|
Menurut
pengamatan, singa sering tapi tidak secara eksklusif mengikuti pola berburu
yang sama dan membagi singa menjadi beberapa peran seperti pengintai kiri,
tengah & posisi sayap kanan. Singa yang berburu dalam peran pilihan
mereka memiliki tingkat keberhasilan kelompok sebesar 9%.
|
|
I.
|
Begitu
berada dalam jangkauan mangsa yang lebih kecil, singa menggunakan kaki mereka
untuk menampar bagian belakang hewan di kakinya atau menjatuhkannya dari
keseimbangan kemudian menyeretnya ke bawah. Gigitan pada leher mangsa
tersebut dapat dengan cepat membunuh hewan itu.
|
|
J.
|
Pada
mangsa yang lebih besar, singa akan mendekati hewan pada suatu sudut,
melompat ke atasnya dan menggunakan beratnya sendiri untuk menggiring hewan
ke tanah. Singa kemudian akan menggigit tulang belakang dalam upaya untuk
memutuskan sumsum tulang belakang saat mereka melakukannya.
|
|
K.
|
Setelah
jatuh, mereka menggigit tenggorokan atau bagian atas hidung dan mulut
mangsanya untuk mencekiknya, posisi ini pun dilakukan untuk menghalangi
mereka keluar dari tanduk yang bisa melukai singa itu.
|
|
L.
|
Ketika
banyak persediaan makanan, singa menjorok ke dalam gerak perpindahan yang
radiusnya dekat. Pada saat ini, rata-rata singa jantan menelan sekitar 15%
dari berat badan mangsa. Makanan dibagikan dengan cukup serakah. Singa
terkecil dan paling lemah sering kalah dari orangtuanya yang kelaparan bahkan
tidak akan berbagi dengan keturunan mereka sendiri.
|
|
M.
|
Singa
biasanya mulai makan dengan membuka perut dan memakan isi perut dari
mangsanya. Kebanyakan singa akan memakan jantung, hati dan ginjal mangsa,
tapi tidak banyak singa yang membuka tengkorak untuk mengonsumsi kepalanya.
|
|
4.
|
Penutup
|
Singa
pun telah tercatat pernah memakan manusia. Di mana pun singa ditemukan, pasti
pernah tercatat kasus dimana singa memangsa manusia sebagai makanan. Kasus
singa memakan manusia yang terkenal adalah dua ekor singa jantan yang
membunuh 28 orang Indian dan “puluhan” orang Afrika di Tsavo, Kenya, pada
akhir abad ke-19 dan satu singa jantan yang membunuh 48 manusia di Ankole,
Uganda, pada 1920-an. Korban terbesar yang pernah terjadi adalah dari sekelompok
singa yang memangsa 2.000 orang di distrik Njombe, Tanzania, antara tahun
1932 dan 1947.
|
Jika sudah silahkan mendownload file tugas pada link di bawah ini!
Kelas X MM 1
kemudian kirim tugas tersebut pada email di bawah ini
sayuthy22mantab@gmail.com
JANGAN LUPA FILENYA DI BERI NAMA MASING-MASING!
Kelas X MM 2
kemudian kirim tugas tersebut pada email di bawah ini
sayuthy22mantab@gmail.com
JANGAN LUPA FILENYA DI BERI NAMA MASING-MASING!
Komentar
Posting Komentar