Halo, selamat pagi, siang, sore, dan malam para pembelajar bahasa Indonesia yang keren-keren.
Semoga kita senantiasa dilindungi oleh Allah SWT dari wabah Covid-19. Amin ya Robbal 'Alamin...
Pada pertemuan kali ini kita akan mempelajari materi tentang Kaidah Kebahasaan Teks Resensi atau Teks Ulasan
Untuk MA Nurul Ulum Putra-Putri Kelas XI MIA 1, XI MIA 3, XI IIS 1, XI IIS 3, dan XI IIS 4.
Untuk SMK Modern Al-Rifa'ie Kelas XI MM 1, XI MM 2, dan XI KEP.
Sebelum belajar jangan lupa berdoa dulu ya?
Simak dulu media powerpoint berikut
dan
Simak dulu video berikut
https://youtu.be/f8r0D42OODg
https://youtu.be/Mz97NFHqD54
https://youtu.be/yL8fQ17C684
Semoga kita senantiasa dilindungi oleh Allah SWT dari wabah Covid-19. Amin ya Robbal 'Alamin...
Pada pertemuan kali ini kita akan mempelajari materi tentang Kaidah Kebahasaan Teks Resensi atau Teks Ulasan
Untuk MA Nurul Ulum Putra-Putri Kelas XI MIA 1, XI MIA 3, XI IIS 1, XI IIS 3, dan XI IIS 4.
Untuk SMK Modern Al-Rifa'ie Kelas XI MM 1, XI MM 2, dan XI KEP.
Sebelum belajar jangan lupa berdoa dulu ya?
Simak dulu video berikut
https://youtu.be/f8r0D42OODg
https://youtu.be/Mz97NFHqD54
https://youtu.be/yL8fQ17C684
KAIADAH DAN CIRI KEBAHASAAN TEKS RESENSI/ULASAN
Teks resensi tersebut memiliki kaidah-kaidah kebahasaan seperti berikut.
Dalam novel Mencoba Tidak Menyerah, yang menjadi tokoh sentralnya adalah bocah laki-laki berusia sepuluh tahun
Keunggulan lain dari novel ini adalah penggambaran suasana yang detail mengenai kota Surabaya di tahun 1944 (zaman pendudukan Jepang)
Setelah membaca novel yang sangat tebal ini, saya jadi teringat dengan novel Mencoba Tidak Menyerah-nya Yudhistira A.N. Massardhie dan juga novel Ca Bau Kan-nya Remy Sylado.
Sejak kasus terbunuhnya Bulik Rum ini, keluarga Suryohartanan—tempat Kuntara dan ibunya menetap--mulai terlibat dengan berbagai kejadian yang mengikutinya. Kuntara yang tidak menginginkan keluarga ini terlibat dengan permasalahan yang terjadi dengan sengaja menyembunyikannya.
Kita bisa membayangkan bagaimanan keadaan kampung SS Pacarkeling yang kala itu masih “berbau” Hindia Belanda karena nama-nama jalannya masih menggunakan nama-nama Belanda.
STRUKTUR DAN CIRI KEBAHASAAN TEKS RESENSI/ULASAN
A.Struktur Teks Resensi/Ulasan
Resensi adalah ulasan atau penilaian atau pembicaraan mengenai suatu karya baik itu buku, flm, atau karya lain. Tugas penulis resensi adalah memberikan gambaran kepada pembaca mengenai suatu karya apakah layak dibaca atau tidak.
Hal-hal yang dapat ditanggapi dalam resensi ialah kualitas isi, penampilan, unsur-unsur, bahasa, dan manfaat bagi pembaca. Kemudian, unsur-unsur atau sistematika yang terdapat dalam resensi di antaranya ialah sebagai berikut.
- Judul resensi
- Identitas buku yang diresensi
- Pendahuluan (memperkenalkan pengarang, tujuan pengarang buku, dll)
- Inti/isi resensi
- Keunggulan buku
- Kekurangan buku
- Penutup
B. Ciri Kebahasaan Teks Resensi
Teks resensi memiliki kaidah-kaidah kebahasaan seperti berikut.
- Banyak menggunakan konjungsi penerang, seperti bahwa, yakni, yaitu.
- Banyak menggunakan konjungsi temporal: sejak, semenjak, kemudian, akhirnya
- Banyak menggunakan konjungsi penyebababan: karena, sebab.
- Menggunakan pernyataan-pernyataan yang berupa saran atau rekomendasi pada bagian akhir teks. Hal ini ditandai oleh kata jangan, harus, hendaknya,
Menurut Pendapat lain tentang Ciri Kebahasaan Teks Resensi
- Banyak menggunakan konjungsi penerang, seperti bahwa, yakni, yaitu.
Dalam novel Mencoba Tidak Menyerah, yang menjadi tokoh sentralnya adalah bocah laki-laki berusia sepuluh tahun
Keunggulan lain dari novel ini adalah penggambaran suasana yang detail mengenai kota Surabaya di tahun 1944 (zaman pendudukan Jepang)
- Banyak menggunakan konjungsi temporal: sejak, semenjak, kemudian, akhirnya
Setelah membaca novel yang sangat tebal ini, saya jadi teringat dengan novel Mencoba Tidak Menyerah-nya Yudhistira A.N. Massardhie dan juga novel Ca Bau Kan-nya Remy Sylado.
Sejak kasus terbunuhnya Bulik Rum ini, keluarga Suryohartanan—tempat Kuntara dan ibunya menetap--mulai terlibat dengan berbagai kejadian yang mengikutinya. Kuntara yang tidak menginginkan keluarga ini terlibat dengan permasalahan yang terjadi dengan sengaja menyembunyikannya.
- Banyak menggunakan konjungsi penyebababan: karena, sebab.
Kita bisa membayangkan bagaimanan keadaan kampung SS Pacarkeling yang kala itu masih “berbau” Hindia Belanda karena nama-nama jalannya masih menggunakan nama-nama Belanda.
- Menggunakan pernyataan-pernyataan yang berupa saran atau rekomendasi pada bagian akhir teks. Hal ini ditandai oleh kata jangan, harus, hendaknya,
.......................................................................................................
Jika masih ada yang belum paham, silahkan bertanya pada kolom komentar.
Jika masih ada yang belum paham, silahkan bertanya pada kolom komentar.
Pastikan emailmu aktif sehingga tidak sulit ketika ingin bertanya di kolom komentar.
Jangan lupa sertakan nama, kelas, dan nomor presensi kalian.
Jangan lupa sertakan nama, kelas, dan nomor presensi kalian.
Terimakasih.
Komentar
Posting Komentar